ESTER
1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam
sebuah kerajaan tidak akan pernah luput dari seorang pemimpin yang bijaksana.
Pemimpin yang bijaksana itu pun akan senantiasa dihormati oleh para
prajuritnya. Keberadaan dari seorang pemimpin dalam sebuah kerajaan memiliki
peranan yang sangat penting dalam mempertahankan wilayah kekuasaan mereka.
Dalam sebuah kerajaan boleh dipimpin oleh seorang raja ataupun seorang ratu,
dan untuk mendapatkan posisi tersebut benar tidak mudah. Setiap pemimpin yang
menduduki tahta kerajaan otomatis memiliki sesuatu hal yang patut untuk
dibanggakan, baik itu kebijaksanaan, kekayaan, atau pun dia berasal dari keturunan raja. Untuk
memperoleh takhta tersebut prajurit beserta penduduk bangsa yang akan dipimpimn secara serius dalam
mempertimbangkan siapa yang akan memimpinnya. Untuk memperoleh jabatan seorang
raja/ratu tidak jarang kita melihat akan ada proses peperangan untuk
menunjukkan kehebatan berperang demi sebuah kekuasaan.
Banyak
sekali manusia yang senantiasa dalam hidupnya ingin menerima penghormatan dan
ditinggikan oleh banyak orang. Keinginan untuk menguasai merupakan sumber
kepuasan . Untuk memperoleh jabatan yang tidak mudah tersebut dengan melewati
berbagai persaingan atau peperangan yang berani mempertaruhkan nyawanya demi
sebuah kekuasaan. Ketika sudah menduduki posisi sebagai pemimpin juga tidak
luput dari oknum-oknum yang ingin merebut jabatan raja dengan menjadi musuh di
dalam selimut. Dengan strategi yang perlahan dilakukan untuk menjatuhkan
kedudukan raja dan di gantikan oleh oknum yang memiliki rencana jahat.
Setiap
oknum yang memiliki niat jahat akan menggunakan sesuatu sebagai alat untuk
mengguncang kekuasaan raja. Baik dengan menekan bangsa tertentu sebagai alat
untuk menjatuhkan kekuasaan raja. Namun
beruntung ketika memiliki pemimpin yang bijaksana, jujur dan tegas. Sehingga
setiap rencana jahat dan strategi yang dilakukan oknum lain yang bertujuan
menjatuhkan kedudukannya akan secara gampang diketahui. Dan setiap kejahatan
akan menerima sanksi yang tegas dari seorang pemimpin yang bijaksana. Rencana
jahat orang lain dapat diketahui ketika seorang raja pun mau mendengar
perkataan orang-orang yang dekat deagan dia, baik itu isteri atau pengawalnya.
Orang terdekat memiliki peranan penting dalam masa kepemimpinan raja. Maka
tidak heran setiap raja memiliki ratu sebagai pendampingnya juga guna
meneruskan keturunan sebagai pewaris dari kerajaannya. Seorang ratu memiliki
peranan yang penting dalam kehidupan seorang raja, Sehingga terkadang seorang
raja juga memenuhi keinginan istri yang dikasihinya
Mengingat
kembali mengenai ratu yang dipilih oleh seorang raja menjadi isterinya dan raja
mau menuruti permintaan istrinya mengingatkan kita mengenai kisah ratu Ester.
Ketika ratu Ester meminta suaminya untuk menyelamatkan bangsanya yang akan
dibinasakan. Maka dari itu dalam makalah ini saya tertarik untuk mendeskipsikan
bagaimana Ratu Ester dapat menjadi seorang ratu di dalam kerajaan Persia yang dipimpin oleh raja Ahasyweros di
Susan. Serta bagaimana ratu Ester menyelamatkan kaumnya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah
Ratu Ester dapat menjadi seorang ratu dalam kerajaan Persia yang dipimpin oleh
raja Ahasyweros di Susan?
2.
Bagaimana cara ratu Ester dalam
menyelamatkan kaumnya?
2. PEMBAHASAN
Ester
4:1, 5 – 16 – Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia
mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar
berjalan ditengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih.
Maka Eter memanggil Hatah, salah seorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda
melayani dia, lalu memberi perintah kepadanya menanyakan Mordekhai untuk
mengetahui apa artinya dan apa sebabnya hal itu. Lalu keluarlah Hatah
mendapatkan Mordekhai di lapangan kota yang di depan pintu gerbang istana raja,
dan Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya, serta berapa
banyaknya perak yang dijanjikan oleh Haman akan ditimbang untuk perbendaharaan
raja sebagai harga pembinasaan orang Yahudi. Juga salinan surat undang-undang,
yang dikeluarkan di Susan untuk memusnahkan mereka itu, diserahkannya kepada
Hatah, supaya diperlihatkan dan diberitahukan kepada Ester.
Lagipula Hatah disuruh menyampaikan
pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan
untuk membela bangsanya dihadapan baginda. Lalu masuklah Hatah dan menyampaikan
perkataan Mordekhai kepada Ester. Akan tetapi Ester menyuruh Hatah
memberitahukan kepada Mordekhai : “Semua pegawai raja serta penduduk
daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan,
yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku
satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja
mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari
ini tidak dipanggil menghadap raja.”
Ketika disampaikan orang perkataan
Ester itu kepada Mordekhai, maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawaban ini
kepada Ester : “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau
yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada
saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan
kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa
tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan
sebagai ratu.” Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai:
“Pergilah, kumpulkan semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah
untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu
malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian,
dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan
undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”
Ester
7:1-6 – Datanglah raja dengan haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu. Pada
hari yang kedua itu, sementara minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Este:
“Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah
keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi.” Maka jawab
Ester, sang ratu : “Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik
pandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan
hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba. Karena kami, hamba serta bangsa
hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau
seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempua, niscaya
hamba kan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana
yang menimpa raja.” Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu :
“Siapakah orang itu dan dimanakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat
demikian?” Lalu jawab Ester: “Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang
jahat ini!” Maka Haman pun sangat ketakutan di hadapan raja dan ratu.
Ester
8:15-17 – Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian
kerajaan daripada kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang
mengagumkan serta jubbah daripada kain lenan halus dan kain ungu muda. Maka
kota Susan pun betempiksoraklah dan bersukaria: orang Yahudi telah beroleh
kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan. Demikian juga di
tiap-tiap daerah dan tiap-tiap kota, di tempat mana pun titah dan undang-undang
raja telah sampai, ada sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, dan
perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu
masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.
Ester
Riwayat
Rau Ester sangat menarik, seperti dongeng seribu satu malam yang dicampur
dengan bau menusuk kamar gas Hitler yang kejam. Dan meskipun nama Alah tidak
muncul satu kali pun di dalam Kitab Ester, kehadiran-Nya nyata di dalam setiap
halaman.
1. Penobatan Ester
Ester
muncul dalam sejarah Persia sesudah seorang wanita lain, Ratu Wati, menghilang
dari balik layar kerajaan itu. Ester menjadi isteri raja Persia yang kaya raya bernama Ahasyweros, yang
menguasai 127 propinsi mulai dari India sampai Etiopia, pada tahun 475 sM.
Istana musim dinginnya terdapat di Susan, kira-kira 200 mil di sebelah timur
Babel. Lantai dan tiang-tiang istana itu daripada batu pualam, dengan
tirai-tirai berwarna putih, hijau dan
biru yang diikat dengan tali lenan halus. Keluarga raja dan para tamu
berbaring pada bangsku-bangku panjang daripada emas dan perak. Pada waktu ada
perjamuan mereka minum dari bejana-bejana emas, tidak ada dua bejana yang sama.
Ester,
seorang wanita muda yang cantik wajahnya maupun perangainya, telah memenagkan
hati keluarga istana. Ia bukan orang Persia, melainkan seorang anak Yahudi yang
sudah yatim piatu dan dibesarkan oleh saudara sepupunya yaitu Mordekhai,
seorang buangan dari Yerusalem.
2.
Persekongkolan Haman untuk memusnahkan bangsa
Yahudi
Mordekhai
memelihara Ester bagaikan seorang ayah dan Ester menaati Mordekhai bagaikan
anaknya, walaupun Ester telah menjadi ratu. Mordekhai, yang menjaga pintu
gerbang istana raja, dibenci oleh Haman, orang Amalek yang menjadi perdana
menteri. Haman sangat pandai, ambisius dan kasar. Ia sama sekali tidak perduli
orang lain. Namun demikian raja sangat menghormati dia dan memerintahkan agar
semua pegawai istana sujud kepadanya. Mordekhai adalah satu-satunya orang yang
tidak mau sujud kepadanya. Karena ia seorang Yahudi, ia hanya mau bersujud
kepada Allah saja. Haman sangat dendam atas penolakan itu dan ia memutuskan
untuk membunuh Mordekhai serta semua orang Yahudi lainnya diseluruh kerajaan
Persia yang besar itu.
Ia
telah merancangkan suatu siasat yang begitu halus dan licin, sehingga tidak ada
seorang Yahudi pun yang akan dapat lolos. Semuanya akan terjerat di dalam perangkap
yang dipasangnya. Pembasmian seluruh bangsa Yahudi ---umat Allah itu – sudah
diberitakan. Materai raja telah memungkinkan Haman untuk menyapu bersih mereka
dari permukaan bumi ini. Dengan mengendarai binatang yang paling cepat para
utusan raja pergi ke setiap pelosok di seluruh kerajaan itu untuk
memberitahukan malapetaka yang akan datang itu. Orang-orang Yahudi sangat
terkejut dan ketakutan.
3.
Usaha Ester untuk menyelamatkan bangsa
Yahudi
Ester
telah menikah lima tahun lamanya. Atas permintaan Mordekhai ia tidak
memberitahukan asal-usuknya, tetapi setiap hari Mordekhai memberitahukan
kepadanya semua perkara yang terjadi. Menghadapi ancaman pembasmian orang
Yahudi yang sudah di depan mata itu, Mordekhai merasa bahwa satu-satunya jalan
keluar ialah apabila Ester ikut campur tangan.
“Pergilah
menghadap raja, suamimu itu, dan mintala pertolongan kepadanya untuk
menyelamatkan bangsamu,” pesannya kepada Ester. Bangsamu! Itu berarti bahwa ia
harus mengungkapkan rahasia bahwa ia
keturunan orang Yahudi. Bagaimana nanti tanggapan raja? Apakah raja akan merasa
telah tertipu olehnya? Apakah raja juga membenci suku bangsanya, sama seperti
Haman dan banyak yang lain lagi?
Ada
satu halangan lagi. Tidak seorang pun yang dibolehkan menghadap raja tanpa
dipanggil, bahkan ratu pun tidak boleh. Untuk pergi menghadap raja dengan
begitu saja berarti mempertaruhkan nyawa. Ia tidak mempunyai jaminan apa pun
bahwa raja masih tetap mengasihi dia seperti pada waktu-waktu yang lampau.
Mungkin ada seorang perempuan lain yang telah menggantikan kedudukannya.
Ia
memberitahu Mordekhai bahwa sudah tiga puluh hari lamanya raja tidak memanggil
dia. Namun Mordekhai tidak mau mengerti dan terus mendesak dia bahwa hanya
dialah yang dapat menolong. “Jangan kira engkau akan terluput dari kematian,
sekalipun engkau seorang ratu. Setiap orang Yahudi akan mati, anak-anak maupun
orang tua. Wanita ataupun bayi tidak aka nada yang dibiarkan hidup,” katanya.
“Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan
timbul juga pertolongan dan kelepasan diri dari pihak lain, dan engkau dengan
kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti
ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”
“Dari
pihak lain…” Mordekhai sedang berpikir tentang Allah. Allah tidak mungkin
membiarkan pembunuhan yang keterlaluan ini terjadi atas bangsa Yahudi. Dari
zaman ke zaman Allah telah berjanji bahwa Mesias akan terbit dari tengah-tengah
bangsa ini. Haman tidak akan dapat mencegahnya; Iblis pun tidak. Walaupun
kelepasan itu dibutuhkan dengan segera, secepat mungkin, kepercayaan Mordekhai
kepada Allah tidak goncang.
Pembalasan
Allah sudah siap. Ia tidak melaksanakannya dengan ikut campur secara
supranatural. Tidak ada keajaiban alam, 1 tidak ada malaikat, 2
yang akan menyelamatkan umatNya. Sebaliknya, seorang wanita yang lemahlah yang
melaksanakannya. Masa depan umat Allah jarang sekali bergantung pada tali yang
sehalus itu. Apakah ratu mau bekerja menurut rencana Allah, ataukah ia akan
gagal?
“Allah
sedang mencari sebuah alat, Ester, seorang manusia. Maukah engkau menyerahkan
hidupmu? Ia telah menempatkan engkau dalam kedudukan strategis, jauh
sebelumnya, karena Ia tahu ancaman bencana yang akan terjadi. Jalan keluar yang
disediakan Allah ialah engkau.”
Ester
tidak menerima pesan Allah melalui kata-kata yang mengesankan dari nabi pilihan
yang berkata. “Demikianlah Firman Tuhan,” Ia tidak menerima penglihatan ilahi.
Ia dipimpin oleh perkataan saudara sepupunya. Pimpinan Allah dengan cara ini
agaknya merupakan cara yang paling tidak menguntungkan. Namun Ester menerima
kata-kata Mordekhai itu sebagai kata-kata Allah.
Ester
yang masih muda, yang selalu memperlihatkan sikap yang lembut, sekarang
terbukti memiliki unsur-unsur kepahlawanan. Keadaan krisis ini menunjukkan
kuasa kehidupannya – yaitu Allah. Ia mau menyerahkan hidupnya bagi rencana
Allah. Ia ingin melaksanakan kehendakNya. “Pergilah, kumpulkanlah semua orang
Yahudo yang terdapat di Susan. “katanya, “dan berpuasalah untuk aku; janganlah
makan dan jangan minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang.
Aku dan dayang-dayangku pun akn berpuasa demikian.”
Sekarang
secara terang-terangan ia menyatakan asal-usulnya dengan mempersatukan diri
dengan bangsanya. Ajakan untuk berpuasa adalah ajakan untuk berdoa. 3
Ia menginsafi bahwa ia seorang wanita yang tidak berdaya, bahwa ia tidak dapat
menawarkan pertolongan apa pun. Pertolongan dapat datang hanya dari Tuhan Allah
Israel semata-mata. Karena itu bermaksud menghadap takhta Allah di sorga dengan
doa selama tiga hari tiga malam – Ester menyadari benar akan perlunya pimpinan
Allah dalam hal ini. Ia ingin mendapat kepastian bahwa tugas yang dituntut
daripadanya itu benar-benar berasal dari Allah. Ia tahu bahwa Allah menyatakan
diriNya dalam jawaban doa dan ia memerlukan kebijaksanaan serta keberanian
untuk bertindak secara tepat. Kepada siapakah ia harus meminta nasihat kecuali
kepada Dia yang menjadi sumber segala hikmat dan yang membagi-bagikan hikmat
itu sebagai jawaban doa?
“Dan
kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan
undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” Ia sudah membakar
jembatan yang dibelakang dirinya, ia meninggalkan masa lalunya. Wanita muda ini
mau mempertaruhkan kedudukannya, nyawanya dan masa depannya bagi bangsanya.
Sesudah
masa berdoa itu lalu, Ester berdandan dengan saksama dan pergi menghadap raja,
yang rupa-rupanya sedang sibuk dengan eprsoalan-persoalan pemerintahan. Ketika
raja melihat Ester, hatinya berkenan. Ia mengulurkan tongkat emasnya kepada
Ester sebagai tanda bahwa nyawanya selamat. Raja bertanya, “Apakah maksudmu,
hai Ratu Ester. Dan apa keinginanmu?...akan diberikan kepadamu.”
Bagian
pertama dari doanya sudah dijawab. Nyawanya selamat. Dan Allah telah membukakan
pintu keselamatan bagi umatNya. TErnyata doanya untuk meminta hikmat pun tidak
sia-sia. Ia merasa bahwa waktu itu bukan saat dan tempat yang tepat untuk
mengajukan permohonannya. Pengertannya mengenai situasi ketika itu menunjukkan
bahwa ia seorang wanita yang bijaksana yang dapat menguasai emosinya dan orang
yang penuh pertimbangan, sehingga ia tidak mengambil keputusan secara
terburu-buru. Ia juga seorang wanita yang praktis menyadari bahwa jalan menuju
ke hati pria ialah melalui perutnya. Ia mengundang raja datang ke perjamuan
makan yang akan diadakannya – bersama-sama dengan Haman.
Selama
perjamuan itu raja bertanya lagi, “Apakah permintaanmu? Niscaya akan
kukabulkan.” Ester bergerak dengan hati-hati, langkah demi langkah, menaati
saat Allah. Di dalam hatinya ia merasa bahwa ia masih perlu menangguhkan saat
mengutarakan maksudnya. Saat Allah belum tiba. “Datang pulalah kiranya raja
dengan Haman besok,” Ester mohon. Dan itu ternyata pimpinan Allah.
Malam
itu raja tidak dapat tidur. Seorang pegawai istana membacakan sebuah kitab
pencatatan sejarah baginya. Fakta-fakta penting yang selama itu tersembunyi
menjadi tersingkap. Semuanya menjadi bagian-bagian yang cocok dengan rencana
Allah. Akhir-akhir ini ternyata Mordekhai telah mengungkapkan suatu komplotan
yang melawan raja, sehingga ia telah menyelamatkan nyawa raja. Tetapi Mordekhai
tidak pernah diberi pahala. Kelalaian ini harus diperbaiki. Haman, orang yang
telah mendirikan sebuah tiang gantungan setinggi lima puluh hasta di dekat
rumahnya untuk menggantung Mordekhai, diperintahkan oleh raja untuk memberi
pahala kepada Mordekhai.
Keesokan
harinya, pada waktu perjamuan, Ester mengemukakan permohonannya. Dengan sangat
mengharukan ia memohon agar raja menolong nyawa bangsanya dan nyawanya sendiri
juga. “Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan
perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri,” katanya.
Tetapi
bukan hanya nyawa orang-orang Yahudi saja yang berada dalam bahaya, juga
kesejahteraan raja sendiri. Suatu akibat yang lebih buruk lagi daripada
kehilangan hamba-hambanya da jauh lebih buruk daripada rangkaian buah kebencian
yang akan timbul terhadap dirinya, ialah bahwa hal itu akan berarti ia melawan
Allah. Allah sudah memilih dan memanggil bangsa ini sebagai biji mataNya,4
dan Ia melindungi serta memelihara mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat
mencelakakan bangsa ini tanpa terancam murka Allah.5 Sekalipun orang
itu seorang raja. Oleh sebab itu, Ester ingin melindungi raja. Kebijaksanaan
serta cara Ester mengajukan persoalannya itu menyebabkan raja menghormati dia.
Ester berhasil meyakin raja. “Siapakah orang itu dan dimanakah dia yang hatinya
mengandung niat akan berbuat demikian?” kata raja dengan segera secara
mengherankan. Telunjuk Ester ditujukan kepada Haman, tamu yang menemani raja
dan menjadi tokoh yang terkemuka. “Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang
jahat ini!’ jawab Ester.
Lalu
segala sesuatu menjadi jelas. Tiang gantungan yang telah didirikan orang di
dekat rumah Haman sudah menunggu Mordekhai, tetapi raja mengubah rencana itu.
“Gantunglah Haman pada tiang gantungan yang telah didirikannya bagi Mordekhai,”
perintah raja. Perintah itu dilaksanakan.
Isteri
Haman serta sahabat-sahabat Haman yang bijaksana memang benar. Mereka pernah
mengatakan kepadanya, “Jikalau Mordekhai … adalah keturunan Yahudi, maka engkau
tidak akan sanggup melawan dia, malahan engkau akan jatuh benar-benar di
hadapannya.” Alangkah bijaksananya apabila Haman menarik pelajaran dari sejarah
nenek moyangnya, bangsa Amalek. Allah melawan mereka karena mereka melawan
umatNya.6 Haman menghadapi kenyataan bahwa kebencian merupakan emosi
yang sangat membahayakan, emosi yang biasanya berbalik melawan orang yang
mengutarakan kebencian itu sendiri.
Ester
telah menyelamatkan bukan saja nyawanya sendiri, melainkan juga nyawa seluruh
bangsanya. Alkitab PB mengatakan bahwa orang-orang Kristen harus bercahaya
terang di dunia ini, seprti binatang-binatang yang cemerlang di malam yang
gelap.7
Ester
adalah bagaikan bintang yang cemerlang, sesuai dengan namanya: Ester artinya
bintang.
Kata-kata
suaminya yang menyetujui pembasmian orang-orang Yahudi sangat besar kuasanya,
sehingga tidak mudah ditarik kembali. Karena itu, diperlukan sebuah perintah
yang berlawanan dengan itu untuk menghapusnya. “Tuliskanlah atas nama raja apa
yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi,” kata raja kepada Ester, “dan
materaikanlah surat itu dengan cincin materai raja.”
Wanita
pahlawan yang telah menyelamatkan orang-orang Yahudi dengan mempertaruhkan
nyawanya sendiri menerima hak istimewa untuk memberitahukan kepada mereka
berita yang menyenangkan itu! Ester tidak menjadi wanita yang hanya berdiri
saja di belakang layar, melainkan ia telah menjadi seseorang yang sangat
penting. Sejak saat itu kata-katanya akan sangat berarti.
Berita
kesukaan itu tiba sebelum hari pembantaian masal yang sudah ditetapkan. Allah
yang mengatur hal itu. Hari yang sudah ditandai oleh Haman pada penanggalan
sebagai hari kedukaan berubah menjadi hari kegembiraan. Banyak orang bukan-
Yahudi menjadi orang Yahudi, karena mereka sangat terkesan atas apa yang terjadi
saat itu. Mereka ingin berada di pihak
Tuhan.
Hari
sukaria menjadi suatu hari peringatan. Hari itu ditetapkan sebagai Hari Raya
Purim. Pada hari raya itu, sampai sekarang pun orang-orang Yahudi di seluruh
dunia ingat apa yang telah dilakukan Ratu Ester bagi mereka. Setiap tahun,
apabila orang Yahudi merayakan Hari Raya Purim, mereka membaca Kitab Ester. Ia
sangat dihormati. Bahkan Talmud pun kelihatanya lebih menyukai kitab ini
daripada Kitab Mazmur dan kitab para nabi.
Tiga
puluh tahun kemudian, Nehemia memperbaiki tembok Yerusalem. Tanpa Ratu Ester
hal ini tidak mungkin terlaksana. Sukar sekali untuk membayangkan jalannya
sejarah tanpa dia. Kita dapat mengatakan bahwa apabila tidak ada Ester, maka
tidak aka nada bangsa Yahudi. Dan apabila tidak ada bangsa Yahudi, maka tidak
aka nada Mesias. Dan tanpa Mesias, maka dunia akan binasa.
Tanpa
disadarinya, Ester telah meratakan jalan bagi kedatangan Kristus. Melalui dia
Allah juga telah menunjukkam bahwa Ia mau memberikan pimpinan kepada para
pengikutNya untuk mengambil keputusan. Keputusan-keputusan ini harus didasarkan
atas Firman Allah,8 diuji dengan doa,9 melalui
pertimbangan para penasihat,10 berdasarkan hati nurani kita yang
tidak menuduh, 11dan berdasarkan pintu-pintu yang dibukakan Allah.12
Catatan
:
1. Keluaran
14:21 – 30
2. Bilangan
20:16
3. Ezra
8:23; Daniel 9:3
4. Ulangan
32:10
5. Zakharia
2:8, 9
6. Keluaran
17:8-16; Ulangan 25:17-19
7. Filipi
2:15
8. Yohanes
14:21
9. Yakobus
1:5
10. Amsal
15:22
11. I
Yihanes 3:21
12. Wahyu
3:7, 8
3. KESIMPULAN
& IMPLIKASI
3.
1 KESIMPULAN
·
Ester dipilih sebagai Ratu karena cantik
wajahnya serta perangainya setelah Ratu sebelumnya (Ratu Wasti) diganti karena
tidak memenuhi permintaan raja.
·
Ester mengandalkan Tuhan dalam
menyelamatkan bangsa Yahudi. Dia mengundang raja ke perjamuan makan yang
diadakannya. maka dengan hati-hati ia memohon kepada raja untuk menyelamatkan
kaum bangsanya.
·
Allah tetap setia pada janjiNya, yaitu
memelihara bangsa pilihannya (bangsa Israel) dan menyelamatkan bangsa Israel
melaui Ratu Ester dari rencana-rencana jahat iblis melalui Haman.
3.2
IMPLIKASI :
Dari kisah tersebut
dapat kita lihat bahwa hal tesrbut masih berkelanjutan. Dapat kita lihat bahwa
manusia masih hidup dalam hawa nafsu, ambisi yang tidak terbatas, dan hidup
dalam kedagingan. Untuk mencapai keinginan tersebut tidak jarang orang-orang
mencapainya dengan cara yang salah. Hal ini dipakai iblis untuk menjatuhkan
manusia kedalam dosa. Iblis menawarkan kekuasaan dan kenikmatan dunia. Namun
Allah tetap setia pada janjiNya. Bahwa Ia akan menyelamatkan dosa manusia
melalui pengorbanan Yesus Kristus. Dan manusia tetap berada dalam pemeliharaan
Allah.
`
Karseen, Gien. 1980. Dia Perempuan. Yayasan Kalam Hidup.
Bandung : Den Haag Holland