Monday 5 May 2014

ESTER

1. PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Dalam sebuah kerajaan tidak akan pernah luput dari seorang pemimpin yang bijaksana. Pemimpin yang bijaksana itu pun akan senantiasa dihormati oleh para prajuritnya. Keberadaan dari seorang pemimpin dalam sebuah kerajaan memiliki peranan yang sangat penting dalam mempertahankan wilayah kekuasaan mereka. Dalam sebuah kerajaan boleh dipimpin oleh seorang raja ataupun seorang ratu, dan untuk mendapatkan posisi tersebut benar tidak mudah. Setiap pemimpin yang menduduki tahta kerajaan otomatis memiliki sesuatu hal yang patut untuk dibanggakan, baik itu kebijaksanaan, kekayaan, atau pun  dia berasal dari keturunan raja. Untuk memperoleh takhta tersebut prajurit beserta penduduk bangsa yang akan  dipimpimn secara serius dalam mempertimbangkan siapa yang akan memimpinnya. Untuk memperoleh jabatan seorang raja/ratu tidak jarang kita melihat akan ada proses peperangan untuk menunjukkan kehebatan berperang demi sebuah kekuasaan.
Banyak sekali manusia yang senantiasa dalam hidupnya ingin menerima penghormatan dan ditinggikan oleh banyak orang. Keinginan untuk menguasai merupakan sumber kepuasan . Untuk memperoleh jabatan yang tidak mudah tersebut dengan melewati berbagai persaingan atau peperangan yang berani mempertaruhkan nyawanya demi sebuah kekuasaan. Ketika sudah menduduki posisi sebagai pemimpin juga tidak luput dari oknum-oknum yang ingin merebut jabatan raja dengan menjadi musuh di dalam selimut. Dengan strategi yang perlahan dilakukan untuk menjatuhkan kedudukan raja dan di gantikan oleh oknum yang memiliki rencana jahat.
Setiap oknum yang memiliki niat jahat akan menggunakan sesuatu sebagai alat untuk mengguncang kekuasaan raja. Baik dengan menekan bangsa tertentu sebagai alat untuk menjatuhkan kekuasaan raja.  Namun beruntung ketika memiliki pemimpin yang bijaksana, jujur dan tegas. Sehingga setiap rencana jahat dan strategi yang dilakukan oknum lain yang bertujuan menjatuhkan kedudukannya akan secara gampang diketahui. Dan setiap kejahatan akan menerima sanksi yang tegas dari seorang pemimpin yang bijaksana. Rencana jahat orang lain dapat diketahui ketika seorang raja pun mau mendengar perkataan orang-orang yang dekat deagan dia, baik itu isteri atau pengawalnya. Orang terdekat memiliki peranan penting dalam masa kepemimpinan raja. Maka tidak heran setiap raja memiliki ratu sebagai pendampingnya juga guna meneruskan keturunan sebagai pewaris dari kerajaannya. Seorang ratu memiliki peranan yang penting dalam kehidupan seorang raja, Sehingga terkadang seorang raja juga memenuhi keinginan istri yang dikasihinya
Mengingat kembali mengenai ratu yang dipilih oleh seorang raja menjadi isterinya dan raja mau menuruti permintaan istrinya mengingatkan kita mengenai kisah ratu Ester. Ketika ratu Ester meminta suaminya untuk menyelamatkan bangsanya yang akan dibinasakan. Maka dari itu dalam makalah ini saya tertarik untuk mendeskipsikan bagaimana Ratu Ester dapat menjadi seorang ratu di dalam kerajaan  Persia yang dipimpin oleh raja Ahasyweros di Susan. Serta bagaimana ratu Ester menyelamatkan kaumnya.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah Ratu Ester dapat menjadi seorang ratu dalam kerajaan Persia yang dipimpin oleh raja Ahasyweros di Susan?
2.      Bagaimana cara ratu Ester dalam menyelamatkan kaumnya?



2. PEMBAHASAN
Ester 4:1, 5 – 16 – Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan ditengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih. Maka Eter memanggil Hatah, salah seorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda melayani dia, lalu memberi perintah kepadanya menanyakan Mordekhai untuk mengetahui apa artinya dan apa sebabnya hal itu. Lalu keluarlah Hatah mendapatkan Mordekhai di lapangan kota yang di depan pintu gerbang istana raja, dan Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang dialaminya, serta berapa banyaknya perak yang dijanjikan oleh Haman akan ditimbang untuk perbendaharaan raja sebagai harga pembinasaan orang Yahudi. Juga salinan surat undang-undang, yang dikeluarkan di Susan untuk memusnahkan mereka itu, diserahkannya kepada Hatah, supaya diperlihatkan dan diberitahukan kepada Ester.
            Lagipula Hatah disuruh menyampaikan pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya dihadapan baginda. Lalu masuklah Hatah dan menyampaikan perkataan Mordekhai kepada Ester. Akan tetapi Ester menyuruh Hatah memberitahukan kepada Mordekhai : “Semua pegawai raja serta penduduk daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan, yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama tiga puluh hari ini tidak dipanggil menghadap raja.”
            Ketika disampaikan orang perkataan Ester itu kepada Mordekhai, maka Mordekhai menyuruh menyampaikan jawaban ini kepada Ester : “Jangan kira, karena engkau di dalam istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi. Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.” Maka Ester menyuruh menyampaikan jawab ini kepada Mordekhai: “Pergilah, kumpulkan semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangku pun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.”
Ester 7:1-6 – Datanglah raja dengan haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu. Pada hari yang kedua itu, sementara minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Este: “Apakah permintaanmu, hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi.” Maka jawab Ester, sang ratu : “Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja dan jikalau baik pandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba. Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempua, niscaya hamba kan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada taranya di antara bencana yang menimpa raja.” Maka bertanyalah raja Ahasyweros kepada Ester, sang ratu : “Siapakah orang itu dan dimanakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?” Lalu jawab Ester: “Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!” Maka Haman pun sangat ketakutan di hadapan raja dan ratu.
Ester 8:15-17 – Dan Mordekhai keluar dari hadapan raja dengan memakai pakaian kerajaan daripada kain ungu tua dan kain lenan, dengan memakai tajuk emas yang mengagumkan serta jubbah daripada kain lenan halus dan kain ungu muda. Maka kota Susan pun betempiksoraklah dan bersukaria: orang Yahudi telah beroleh kelapangan hati dan sukacita, kegirangan dan kehormatan. Demikian juga di tiap-tiap daerah dan tiap-tiap kota, di tempat mana pun titah dan undang-undang raja telah sampai, ada sukacita dan kegirangan di antara orang Yahudi, dan perjamuan serta hari gembira; dan lagi banyak dari antara rakyat negeri itu masuk Yahudi, karena mereka ditimpa ketakutan kepada orang Yahudi.


Ester
Riwayat Rau Ester sangat menarik, seperti dongeng seribu satu malam yang dicampur dengan bau menusuk kamar gas Hitler yang kejam. Dan meskipun nama Alah tidak muncul satu kali pun di dalam Kitab Ester, kehadiran-Nya nyata di dalam setiap halaman.
1. Penobatan Ester
Ester muncul dalam sejarah Persia sesudah seorang wanita lain, Ratu Wati, menghilang dari balik layar kerajaan itu. Ester menjadi isteri raja Persia  yang kaya raya bernama Ahasyweros, yang menguasai 127 propinsi mulai dari India sampai Etiopia, pada tahun 475 sM. Istana musim dinginnya terdapat di Susan, kira-kira 200 mil di sebelah timur Babel. Lantai dan tiang-tiang istana itu daripada batu pualam, dengan tirai-tirai berwarna putih, hijau dan  biru yang diikat dengan tali lenan halus. Keluarga raja dan para tamu berbaring pada bangsku-bangku panjang daripada emas dan perak. Pada waktu ada perjamuan mereka minum dari bejana-bejana emas, tidak ada dua bejana yang sama.
Ester, seorang wanita muda yang cantik wajahnya maupun perangainya, telah memenagkan hati keluarga istana. Ia bukan orang Persia, melainkan seorang anak Yahudi yang sudah yatim piatu dan dibesarkan oleh saudara sepupunya yaitu Mordekhai, seorang buangan dari Yerusalem.
2. Persekongkolan Haman untuk memusnahkan bangsa Yahudi
Mordekhai memelihara Ester bagaikan seorang ayah dan Ester menaati Mordekhai bagaikan anaknya, walaupun Ester telah menjadi ratu. Mordekhai, yang menjaga pintu gerbang istana raja, dibenci oleh Haman, orang Amalek yang menjadi perdana menteri. Haman sangat pandai, ambisius dan kasar. Ia sama sekali tidak perduli orang lain. Namun demikian raja sangat menghormati dia dan memerintahkan agar semua pegawai istana sujud kepadanya. Mordekhai adalah satu-satunya orang yang tidak mau sujud kepadanya. Karena ia seorang Yahudi, ia hanya mau bersujud kepada Allah saja. Haman sangat dendam atas penolakan itu dan ia memutuskan untuk membunuh Mordekhai serta semua orang Yahudi lainnya diseluruh kerajaan Persia yang besar itu.
Ia telah merancangkan suatu siasat yang begitu halus dan licin, sehingga tidak ada seorang Yahudi pun yang akan dapat lolos. Semuanya akan terjerat di dalam perangkap yang dipasangnya. Pembasmian seluruh bangsa Yahudi ---umat Allah itu – sudah diberitakan. Materai raja telah memungkinkan Haman untuk menyapu bersih mereka dari permukaan bumi ini. Dengan mengendarai binatang yang paling cepat para utusan raja pergi ke setiap pelosok di seluruh kerajaan itu untuk memberitahukan malapetaka yang akan datang itu. Orang-orang Yahudi sangat terkejut dan ketakutan.
3. Usaha Ester untuk menyelamatkan bangsa Yahudi
Ester telah menikah lima tahun lamanya. Atas permintaan Mordekhai ia tidak memberitahukan asal-usuknya, tetapi setiap hari Mordekhai memberitahukan kepadanya semua perkara yang terjadi. Menghadapi ancaman pembasmian orang Yahudi yang sudah di depan mata itu, Mordekhai merasa bahwa satu-satunya jalan keluar ialah apabila Ester ikut campur tangan.
“Pergilah menghadap raja, suamimu itu, dan mintala pertolongan kepadanya untuk menyelamatkan bangsamu,” pesannya kepada Ester. Bangsamu! Itu berarti bahwa ia harus mengungkapkan  rahasia bahwa ia keturunan orang Yahudi. Bagaimana nanti tanggapan raja? Apakah raja akan merasa telah tertipu olehnya? Apakah raja juga membenci suku bangsanya, sama seperti Haman dan banyak yang lain lagi?
Ada satu halangan lagi. Tidak seorang pun yang dibolehkan menghadap raja tanpa dipanggil, bahkan ratu pun tidak boleh. Untuk pergi menghadap raja dengan begitu saja berarti mempertaruhkan nyawa. Ia tidak mempunyai jaminan apa pun bahwa raja masih tetap mengasihi dia seperti pada waktu-waktu yang lampau. Mungkin ada seorang perempuan lain yang telah menggantikan kedudukannya.
Ia memberitahu Mordekhai bahwa sudah tiga puluh hari lamanya raja tidak memanggil dia. Namun Mordekhai tidak mau mengerti dan terus mendesak dia bahwa hanya dialah yang dapat menolong. “Jangan kira engkau akan terluput dari kematian, sekalipun engkau seorang ratu. Setiap orang Yahudi akan mati, anak-anak maupun orang tua. Wanita ataupun bayi tidak aka nada yang dibiarkan hidup,” katanya. “Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan timbul juga pertolongan dan kelepasan diri dari pihak lain, dan engkau dengan kaum keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu.”
“Dari pihak lain…” Mordekhai sedang berpikir tentang Allah. Allah tidak mungkin membiarkan pembunuhan yang keterlaluan ini terjadi atas bangsa Yahudi. Dari zaman ke zaman Allah telah berjanji bahwa Mesias akan terbit dari tengah-tengah bangsa ini. Haman tidak akan dapat mencegahnya; Iblis pun tidak. Walaupun kelepasan itu dibutuhkan dengan segera, secepat mungkin, kepercayaan Mordekhai kepada Allah tidak goncang.
Pembalasan Allah sudah siap. Ia tidak melaksanakannya dengan ikut campur secara supranatural. Tidak ada keajaiban alam, 1 tidak ada malaikat, 2 yang akan menyelamatkan umatNya. Sebaliknya, seorang wanita yang lemahlah yang melaksanakannya. Masa depan umat Allah jarang sekali bergantung pada tali yang sehalus itu. Apakah ratu mau bekerja menurut rencana Allah, ataukah ia akan gagal?
“Allah sedang mencari sebuah alat, Ester, seorang manusia. Maukah engkau menyerahkan hidupmu? Ia telah menempatkan engkau dalam kedudukan strategis, jauh sebelumnya, karena Ia tahu ancaman bencana yang akan terjadi. Jalan keluar yang disediakan Allah ialah engkau.”
Ester tidak menerima pesan Allah melalui kata-kata yang mengesankan dari nabi pilihan yang berkata. “Demikianlah Firman Tuhan,” Ia tidak menerima penglihatan ilahi. Ia dipimpin oleh perkataan saudara sepupunya. Pimpinan Allah dengan cara ini agaknya merupakan cara yang paling tidak menguntungkan. Namun Ester menerima kata-kata Mordekhai itu sebagai kata-kata Allah.
Ester yang masih muda, yang selalu memperlihatkan sikap yang lembut, sekarang terbukti memiliki unsur-unsur kepahlawanan. Keadaan krisis ini menunjukkan kuasa kehidupannya – yaitu Allah. Ia mau menyerahkan hidupnya bagi rencana Allah. Ia ingin melaksanakan kehendakNya. “Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudo yang terdapat di Susan. “katanya, “dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan jangan minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku dan dayang-dayangku pun akn berpuasa demikian.”
Sekarang secara terang-terangan ia menyatakan asal-usulnya dengan mempersatukan diri dengan bangsanya. Ajakan untuk berpuasa adalah ajakan untuk berdoa. 3 Ia menginsafi bahwa ia seorang wanita yang tidak berdaya, bahwa ia tidak dapat menawarkan pertolongan apa pun. Pertolongan dapat datang hanya dari Tuhan Allah Israel semata-mata. Karena itu bermaksud menghadap takhta Allah di sorga dengan doa selama tiga hari tiga malam – Ester menyadari benar akan perlunya pimpinan Allah dalam hal ini. Ia ingin mendapat kepastian bahwa tugas yang dituntut daripadanya itu benar-benar berasal dari Allah. Ia tahu bahwa Allah menyatakan diriNya dalam jawaban doa dan ia memerlukan kebijaksanaan serta keberanian untuk bertindak secara tepat. Kepada siapakah ia harus meminta nasihat kecuali kepada Dia yang menjadi sumber segala hikmat dan yang membagi-bagikan hikmat itu sebagai jawaban doa?
“Dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati.” Ia sudah membakar jembatan yang dibelakang dirinya, ia meninggalkan masa lalunya. Wanita muda ini mau mempertaruhkan kedudukannya, nyawanya dan masa depannya bagi bangsanya.
Sesudah masa berdoa itu lalu, Ester berdandan dengan saksama dan pergi menghadap raja, yang rupa-rupanya sedang sibuk dengan eprsoalan-persoalan pemerintahan. Ketika raja melihat Ester, hatinya berkenan. Ia mengulurkan tongkat emasnya kepada Ester sebagai tanda bahwa nyawanya selamat. Raja bertanya, “Apakah maksudmu, hai Ratu Ester. Dan apa keinginanmu?...akan diberikan kepadamu.”
Bagian pertama dari doanya sudah dijawab. Nyawanya selamat. Dan Allah telah membukakan pintu keselamatan bagi umatNya. TErnyata doanya untuk meminta hikmat pun tidak sia-sia. Ia merasa bahwa waktu itu bukan saat dan tempat yang tepat untuk mengajukan permohonannya. Pengertannya mengenai situasi ketika itu menunjukkan bahwa ia seorang wanita yang bijaksana yang dapat menguasai emosinya dan orang yang penuh pertimbangan, sehingga ia tidak mengambil keputusan secara terburu-buru. Ia juga seorang wanita yang praktis menyadari bahwa jalan menuju ke hati pria ialah melalui perutnya. Ia mengundang raja datang ke perjamuan makan yang akan diadakannya – bersama-sama dengan Haman.
Selama perjamuan itu raja bertanya lagi, “Apakah permintaanmu? Niscaya akan kukabulkan.” Ester bergerak dengan hati-hati, langkah demi langkah, menaati saat Allah. Di dalam hatinya ia merasa bahwa ia masih perlu menangguhkan saat mengutarakan maksudnya. Saat Allah belum tiba. “Datang pulalah kiranya raja dengan Haman besok,” Ester mohon. Dan itu ternyata pimpinan Allah.
Malam itu raja tidak dapat tidur. Seorang pegawai istana membacakan sebuah kitab pencatatan sejarah baginya. Fakta-fakta penting yang selama itu tersembunyi menjadi tersingkap. Semuanya menjadi bagian-bagian yang cocok dengan rencana Allah. Akhir-akhir ini ternyata Mordekhai telah mengungkapkan suatu komplotan yang melawan raja, sehingga ia telah menyelamatkan nyawa raja. Tetapi Mordekhai tidak pernah diberi pahala. Kelalaian ini harus diperbaiki. Haman, orang yang telah mendirikan sebuah tiang gantungan setinggi lima puluh hasta di dekat rumahnya untuk menggantung Mordekhai, diperintahkan oleh raja untuk memberi pahala kepada Mordekhai.
Keesokan harinya, pada waktu perjamuan, Ester mengemukakan permohonannya. Dengan sangat mengharukan ia memohon agar raja menolong nyawa bangsanya dan nyawanya sendiri juga. “Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri,” katanya.
Tetapi bukan hanya nyawa orang-orang Yahudi saja yang berada dalam bahaya, juga kesejahteraan raja sendiri. Suatu akibat yang lebih buruk lagi daripada kehilangan hamba-hambanya da jauh lebih buruk daripada rangkaian buah kebencian yang akan timbul terhadap dirinya, ialah bahwa hal itu akan berarti ia melawan Allah. Allah sudah memilih dan memanggil bangsa ini sebagai biji mataNya,4 dan Ia melindungi serta memelihara mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat mencelakakan bangsa ini tanpa terancam murka Allah.5 Sekalipun orang itu seorang raja. Oleh sebab itu, Ester ingin melindungi raja. Kebijaksanaan serta cara Ester mengajukan persoalannya itu menyebabkan raja menghormati dia. Ester berhasil meyakin raja. “Siapakah orang itu dan dimanakah dia yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?” kata raja dengan segera secara mengherankan. Telunjuk Ester ditujukan kepada Haman, tamu yang menemani raja dan menjadi tokoh yang terkemuka. “Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!’ jawab Ester.
Lalu segala sesuatu menjadi jelas. Tiang gantungan yang telah didirikan orang di dekat rumah Haman sudah menunggu Mordekhai, tetapi raja mengubah rencana itu. “Gantunglah Haman pada tiang gantungan yang telah didirikannya bagi Mordekhai,” perintah raja. Perintah itu dilaksanakan.
Isteri Haman serta sahabat-sahabat Haman yang bijaksana memang benar. Mereka pernah mengatakan kepadanya, “Jikalau Mordekhai … adalah keturunan Yahudi, maka engkau tidak akan sanggup melawan dia, malahan engkau akan jatuh benar-benar di hadapannya.” Alangkah bijaksananya apabila Haman menarik pelajaran dari sejarah nenek moyangnya, bangsa Amalek. Allah melawan mereka karena mereka melawan umatNya.6 Haman menghadapi kenyataan bahwa kebencian merupakan emosi yang sangat membahayakan, emosi yang biasanya berbalik melawan orang yang mengutarakan kebencian itu sendiri.
Ester telah menyelamatkan bukan saja nyawanya sendiri, melainkan juga nyawa seluruh bangsanya. Alkitab PB mengatakan bahwa orang-orang Kristen harus bercahaya terang di dunia ini, seprti binatang-binatang yang cemerlang di malam yang gelap.7
Ester adalah bagaikan bintang yang cemerlang, sesuai dengan namanya: Ester artinya bintang.
Kata-kata suaminya yang menyetujui pembasmian orang-orang Yahudi sangat besar kuasanya, sehingga tidak mudah ditarik kembali. Karena itu, diperlukan sebuah perintah yang berlawanan dengan itu untuk menghapusnya. “Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi,” kata raja kepada Ester, “dan materaikanlah surat itu dengan cincin materai raja.”
Wanita pahlawan yang telah menyelamatkan orang-orang Yahudi dengan mempertaruhkan nyawanya sendiri menerima hak istimewa untuk memberitahukan kepada mereka berita yang menyenangkan itu! Ester tidak menjadi wanita yang hanya berdiri saja di belakang layar, melainkan ia telah menjadi seseorang yang sangat penting. Sejak saat itu kata-katanya akan sangat berarti.
Berita kesukaan itu tiba sebelum hari pembantaian masal yang sudah ditetapkan. Allah yang mengatur hal itu. Hari yang sudah ditandai oleh Haman pada penanggalan sebagai hari kedukaan berubah menjadi hari kegembiraan. Banyak orang bukan- Yahudi menjadi orang Yahudi, karena mereka sangat terkesan atas apa yang terjadi saat itu.  Mereka ingin berada di pihak Tuhan.
Hari sukaria menjadi suatu hari peringatan. Hari itu ditetapkan sebagai Hari Raya Purim. Pada hari raya itu, sampai sekarang pun orang-orang Yahudi di seluruh dunia ingat apa yang telah dilakukan Ratu Ester bagi mereka. Setiap tahun, apabila orang Yahudi merayakan Hari Raya Purim, mereka membaca Kitab Ester. Ia sangat dihormati. Bahkan Talmud pun kelihatanya lebih menyukai kitab ini daripada Kitab Mazmur dan kitab para nabi.
Tiga puluh tahun kemudian, Nehemia memperbaiki tembok Yerusalem. Tanpa Ratu Ester hal ini tidak mungkin terlaksana. Sukar sekali untuk membayangkan jalannya sejarah tanpa dia. Kita dapat mengatakan bahwa apabila tidak ada Ester, maka tidak aka nada bangsa Yahudi. Dan apabila tidak ada bangsa Yahudi, maka tidak aka nada Mesias. Dan tanpa Mesias, maka dunia akan binasa.
Tanpa disadarinya, Ester telah meratakan jalan bagi kedatangan Kristus. Melalui dia Allah juga telah menunjukkam bahwa Ia mau memberikan pimpinan kepada para pengikutNya untuk mengambil keputusan. Keputusan-keputusan ini harus didasarkan atas Firman Allah,8 diuji dengan doa,9 melalui pertimbangan para penasihat,10 berdasarkan hati nurani kita yang tidak menuduh, 11dan berdasarkan pintu-pintu yang dibukakan Allah.12

Catatan :
1.      Keluaran 14:21 – 30
2.      Bilangan 20:16
3.      Ezra 8:23; Daniel 9:3
4.      Ulangan 32:10
5.      Zakharia 2:8, 9
6.      Keluaran 17:8-16; Ulangan 25:17-19
7.      Filipi 2:15
8.      Yohanes 14:21
9.      Yakobus 1:5
10.  Amsal 15:22
11.  I Yihanes 3:21
12.  Wahyu 3:7, 8


 
3. KESIMPULAN & IMPLIKASI
3. 1 KESIMPULAN
·         Ester dipilih sebagai Ratu karena cantik wajahnya serta perangainya setelah Ratu sebelumnya (Ratu Wasti) diganti karena tidak memenuhi permintaan raja.
·         Ester mengandalkan Tuhan dalam menyelamatkan bangsa Yahudi. Dia mengundang raja ke perjamuan makan yang diadakannya. maka dengan hati-hati ia memohon kepada raja untuk menyelamatkan kaum bangsanya.
·         Allah tetap setia pada janjiNya, yaitu memelihara bangsa pilihannya (bangsa Israel) dan menyelamatkan bangsa Israel melaui Ratu Ester dari rencana-rencana jahat iblis melalui Haman.

3.2 IMPLIKASI :
Dari kisah tersebut dapat kita lihat bahwa hal tesrbut masih berkelanjutan. Dapat kita lihat bahwa manusia masih hidup dalam hawa nafsu, ambisi yang tidak terbatas, dan hidup dalam kedagingan. Untuk mencapai keinginan tersebut tidak jarang orang-orang mencapainya dengan cara yang salah. Hal ini dipakai iblis untuk menjatuhkan manusia kedalam dosa. Iblis menawarkan kekuasaan dan kenikmatan dunia. Namun Allah tetap setia pada janjiNya. Bahwa Ia akan menyelamatkan dosa manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus. Dan manusia tetap berada dalam pemeliharaan Allah.

`

DAFTAR PUSTAKA


Karseen, Gien. 1980. Dia Perempuan. Yayasan Kalam Hidup. Bandung : Den Haag Holland